PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Edukasi Bisnis
November 28, 2023
Krisna Prihantoro
Ketika mendengar istilah bisnis multi-level marketing (MLM), mungkin yang pertama kali terlintas di benak banyak orang adalah stigma negatif. Meskipun tidak semua perusahaan MLM menerapkan praktik yang merugikan, persepsi negatif tersebut sulit dilepaskan dari model bisnis ini.
Lalu apa yang membuat model bisnis ini sulit dilepaskan dari cap buruk? Melalui artikel ini, Delegasi akan mengeksplorasi beberapa faktor penting yang menyebabkan stigma negatif terus melekat pada bisnis MLM.
MLM adalah model bisnis di mana tim penjualan beroperasi dalam struktur hierarkis yang tidak memberikan gaji tetap kepada anggotanya. Pendapatan mereka berasal dari penjualan produk langsung kepada pembeli, dan sekaligus merekrut orang lain untuk menjadi perwakilan penjualan dalam perusahaan tersebut.
Selain scam dan fraud yang sering terjadi dalam model bisnis MLM, terdapat beragam faktor lain yang dapat menyebabkan citra negatif pada model bisnis ini. Beberapa faktor tersebut meliputi:
Model bisnis MLM sering kali memiliki struktur piramida di mana anggota mendapatkan komisi tidak hanya dari penjualan produk tetapi juga dari merekrut anggota baru. Kelemahan utama dari struktur ini adalah potensi terjadinya skema piramida ilegal, di mana keuntungan utama berasal dari uang yang dibayarkan oleh anggota baru, bukan dari penjualan produk atau layanan yang sebenarnya.
Beberapa program MLM sering menjanjikan kesuksesan finansial dengan cepat tanpa memberikan gambaran yang realistis. Janji-janji ini dapat menyesatkan individu, terutama mereka yang mencari peluang bisnis untuk meraih keberhasilan finansial dengan cepat.
Banyak orang yang memutuskan untuk terlibat dalam bisnis MLM menghadapi risiko kehilangan uang, terutama pada tahap awal bergabung. Biaya pendaftaran, pembelian stok produk, dan persyaratan lainnya dapat menjadi beban keuangan yang signifikan, sementara belum ada jaminan keberhasilan yang pasti.
Beberapa perusahaan MLM menggunakan praktik pemasaran yang dianggap tidak etis, seperti janji-janji palsu, klaim kesehatan yang tidak terbukti, atau tekanan berlebihan pada anggota untuk merekrut lebih banyak orang.
Meskipun beberapa perusahaan telah mengadopsi praktik yang lebih transparan dan berfokus pada keberhasilan anggota mereka, namun pemahaman akan faktor-faktor ini dapat membantumu untuk lebih berhati-hati sebelum bergabung dengan bisnis MLM tertentu.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.