PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Edukasi Bisnis
January 4, 2024
Krisna Prihantoro
Ketika menjalin kemitraan bisnis dengan pihak lain, salah satu aspek yang paling krusial adalah perhitungan bagi hasil. Keselarasan dalam melakukan perhitungan ini menjadi kunci penting untuk menghindari potensi ketidakjelasan atau perbedaan interpretasi.
Perbedaan pandangan atau penafsiran bagi hasil menjadi penyebab umum merenggangnya sebuah hubungan bisnis, yang berpotensi membahayakan keberlanjutan kerjasama. Oleh karena itu, memastikan ketepatan dan transparansi perhitungan bagi hasil menjadi langkah esensial dalam membangun kemitraan bisnis yang kokoh.
Melalui artikel ini, Delegasi akan membimbingmu untuk memahami perhitungan bagi hasil dengan lebih mendalam. Harapannya, setelah membaca artikel ini, kamu dapat melakukan pembagian hasil dengan benar untuk mengoptimalkan hubungan dengan mitra bisnismu.
Bagi hasil adalah metode pembagian keuntungan dalam sebuah bisnis, terutama ketika ada lebih dari pihak yang terlibat dalam suatu bisnis atau proyek. Pembagian ini didasarkan pada rasio atau proporsi tertentu yang telah disepakati sebelumnya.
Prinsip dasarnya adalah adanya kontribusi dari masing-masing pihak yang dapat berupa modal, sumber daya, tenaga kerja, atau keahlian, dan keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.
Istilah bagi hasil juga sering digunakan dalam konteks keuangan syariah. Dalam konteks bank syariah, bagi hasil mengacu pada pembagian keuntungan antara bank syariah dan nasabahnya.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi atau pembiayaan bersama dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bentuk bagi hasil yang umum digunakan di bank syariah adalah Mudharabah dan Musyarakah.
Contoh-contoh penerapan bagi hasil dalam praktik bisnis, diantaranya:
Mekanisme bagi hasil dapat dibagi menjadi beberapa jenis, termasuk profit sharing, gross profit sharing, dan revenue sharing. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing mekanisme tersebut:
Bagi hasil didasarkan pada keuntungan bersih (profit) yang diperoleh dari usaha atau investasi. Setelah semua biaya dan beban operasional dikurangkan dari pendapatan, keuntungan bersih dibagi antara pihak-pihak yang terlibat sesuai dengan persentase kesepakatan.
Bagi hasil didasarkan pada gross profit (keuntungan kotor) sebelum dikurangi biaya operasional. Gross profit dihitung dari selisih antara pendapatan dan biaya produksi atau akuisisi barang atau jasa.
Bagi hasil didasarkan pada total pendapatan yang dihasilkan oleh suatu usaha atau proyek, sebelum dikurangi oleh biaya operasional dan komisi. Dalam model ini, persentase pendapatan yang akan dibagikan telah disepakati sebelumnya oleh pihak-pihak yang terlibat.
Cara melakukan perhitungan bagi hasil melibatkan beberapa tahapan kunci yang perlu dijalani untuk memastikan proporsi yang tepat dan menjaga stabilitas bisnis atau proyek yang sedang berjalan. Berikut adalah beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan bagi hasil:
Sebelum memulai kerjasama bagi hasil, penting untuk menetapkan kesepakatan yang jelas dan komprehensif antara pihak-pihak yang terlibat. Beberapa poin yang perlu dilakukan meliputi:
Setelah kesepakatan dasar tercapai, tentukan mekanisme pelaksanaan bagi hasil. Hal ini melibatkan:
Sebelum mengimplementasikan bagi hasil, lakukan perhitungan estimasi arus kas dari proyek atau usaha yang sedang berlangsung. Evaluasi ini menjadi kunci dalam memahami potensi pengaruh bagi hasil terhadap kestabilan finansial.
Kamu memiliki opsi untuk menggunakan analisis estimasi cash untuk bagi hasil yang disediakan Delegasi. Analisis ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemampuan proyek atau usahamu untuk menghasilkan uang tunai setelah bagi hasil dilakukan.
Klik di sini untuk melihat secara rinci bagaimana analisis ini dapat memberimu wawasan berharga terkait stabilitas finansial proyek atau usahmu, serta bagaimana kamu dapat mengoptimalkan peluang bagi hasil.
Rumus perhitungan bagi hasil dapat bervariasi tergantung pada mekanisme dan kesepakatan yang telah dibuat antara pihak-pihak yang terlibat. Namun secara umum, rumus dasar perhitungan bagi hasil dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bagi Hasil = Total Keuntungan x Persentase Bagi Hasil
Rumus ini menyiratkan bahwa bagi hasil dihitung sebagai produk dari total keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha atau investasi, dikalikan dengan persentase bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya.
Kesimpulannya, melalui perhitungan bagi hasil yang cermat dan mempertimbangkan arus kas secara seksama, kamu dapat memastikan bahwa bisnismu tidak hanya berjalan lancar tetapi juga mampu menjaga hubungan baik dengan para mitra bisnis atau investor. Analisis yang teliti terhadap pembagian hasil menciptakan dasar yang kuat untuk keseimbangan keuangan yang optimal.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.