PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Edukasi Bisnis
July 19, 2023
Krisna Prihantoro
Sebagai pemilik bisnis, memiliki pemahaman yang baik tentang perhitungan estimasi presentase kerugian adalah suatu keharusan. Pengetahuan ini penting agar Anda dapat secara efektif mengidentifikasi dan mengukur potensi kerugian dalam operasional bisnis Anda. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengambil langkah mitigasi yang tepat guna meminimalkan dampak negatif.
Dalam bisnis, risiko kerugian memang sulit untuk sepenuhnya dihindari. Namun, dengan perhitungan estimasi kerugian yang akurat, Anda dapat mengevaluasi potensi kerugian dari berbagai aspek bisnis.
Pada artikel kali ini kita akan membahas cara menghitung presentase kerugian melalui kontrol pemakaian bahan baku. Ini membantu Anda memahami seberapa besar presentase kerugian yang mungkin terjadi akibat penggunaan bahan baku yang tidak efisien atau terbuang sia-sia.
Kerugian yang diakibatkan oleh bahan baku sangat beragam. Hal inilah yang seringkali menjadi penyebab utama perbedaan antara jumlah produksi dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Berikut ini adlah penyebab umum dari kerugian bahan baku:
Limbah adalah bahan baku yang dibuang atau tidak dapat digunakan selama proses manufaktur. Limbah dapat berupa sisa material, produk gagal, atau bahan baku yang tidak memenuhi standar kualitas. Limbah bisa terjadi karena proses yang tidak efisien, penanganan yang tidak tepat, atau kurangnya pengendalian kualitas yang memadai.
Sisa produksi adalah bahan baku yang dihasilkan sebagai hasil dari proses produksi, namun tidak dapat digunakan untuk tujuan awal. Sisa produksi bisa terjadi akibat cacat produksi, kesalahan pada mesin, atau kesalahan lainya. Manajemen sisa produksi yang baik penting untuk meminimalkan kerugian bahan baku dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Produk cacat adalah produk atau bahan baku yang tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan. Barang-barang ini tidak layak digunakan atau dijual. Produk cacat dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti kesalahan dalam produksi, bahan baku yang tidak memadai, atau kesalahan produksi. Mengidentifikasi dan menangani penyebab produk cacat t penting untuk mengurangi kerugian bahan baku dan meningkatkan kualitas produk.
Barang rusak terjadi ketika bahan baku atau produk menjadi tidak dapat digunakan atau mengalami kerusakan selama proses manufaktur atau penyimpanan. Hal ini dapat terjadi akibat penanganan yang tidak tepat, pengondisian yang salah, atau masa simpan yang kadaluarsa.
Mengelola dan meminimalkan kerugian bahan baku sangat penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya dalam proses manufaktur. Anda harus menerapkan sistem pengendalian kualitas yang kuat, mengoptimalkan proses produksi, dan melatih karyawan untuk mengidentifikasi dan menangani potensi kerugian bahan baku.
Untuk menghitung presentase kerugian dari kontrol pemakaian bahan baku, terdapat beberapa langkah yang dapat Anda ikuti. Di bawah ini adalah cara menghitung presentasi kerugian dari kontrol pemakaian bahan baku:
Identifikasi jumlah bahan baku yang seharusnya digunakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Kemudian ambil data jumlah bahan baku yang benar-benar digunakan dalam proses produksi atau operasional. Dari sana, Anda bisa menghitung selisih antara jumlah bahan baku yang seharusnya digunakan dengan jumlah bahan baku yang benar-benar digunakan.
Contoh:
Jumlah bahan baku seharusnya: 100 kg
Jumlah bahan baku yang benar-benar digunakan (realisasi): 80 kg
Selisih: 100 kg - 80 kg = 20 kg
Kumpulkan data mengenai stok bahan baku yang tidak terpakai atau tidak dapat digunakan karena alasan tertentu, seperti kadaluarsa atau rusak. Hitung jumlah bahan baku yang termasuk dalam waste stock.
Contoh:
Jumlah bahan baku yang termasuk dalam waste stock: 5 kg
Gunakan data perbandingan jumlah pemakaian bahan baku real dengan pemakaian bahan baku sesuai standar dan data waste stock untuk menghitung estimasi kerugian. Hitung presentase kerugian dengan membagi jumlah waste stock dengan selisih jumlah pemakaian bahan baku real dengan pemakaian bahan baku resep, kemudian dikalikan dengan 100.
Rumus: (Jumlah Waste Stock / Selisih Jumlah Pemakaian Bahan Baku) x 100
Contoh:
(5 kg / 20 kg) x 100 = 25%
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat menghitung estimasi presentase kerugian dari kontrol pemakaian bahan baku. Presentase ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar kerugian yang terjadi akibat bahan baku tidak terpakai dalam operasional bisnis Anda.
Sebagai asisten keuangan virtual, Delegasi memiliki kemampuan untuk menganalisis kontrol pemakaian bahan baku dengan akurat. Dengan data yang disajikan oleh Delegasi, Anda dapat menghitung estimasi presentase kerugian, kemudaian mengidentifikasi penyebab utama terjadinya kerugian dalam pemakaian bahan baku.
Berikut adalah beberapa penyebab umum kerugian dalam pemakaian bahan baku beserta langkah mitgasinya:
Salah satu penyebab kerugian adalah penggunaan bahan baku yang berlebihan atau melebihi jumlah yang seharusnya digunakan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengendalian terhadap proses produksi atau kekeliruan dalam mengukur jumlah bahan yang diperlukan.
Langkah mitigasi:
Pencurian barang atau penggunaan bahan baku yang tidak sah oleh karyawan atau pihak yang tidak berwenang dapat menyebabkan kerugian dalam pemakaian bahan baku. Hal ini dapat terjadi jika tidak ada sistem keamanan yang memadai atau pengawasan yang ketat terhadap persediaan bahan baku.
Jika ada penjualan yang tidak tercatat atau tidak dimasukkan ke dalam sistem POS (Point of Sale), maka ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara jumlah bahan baku yang sebenarnya digunakan dengan data penjualan yang terekam. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian dalam perhitungan pemakaian bahan baku.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa estimasi presentase kerugian dapat Anda gunakan untuk mengidentifikasi penyebab kerugian dan melakukan langkah mitigasi yang tepat. Lihat bagaimana Delegasi mampu mempermudah Anda dalam proses tersebut di sini.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.