PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Edukasi Bisnis
January 10, 2024
Krisna Prihantoro
Evolusi teknologi tak hanya mengubah perilaku pelanggan, melainkan juga melahirkan model bisnis C2C (consumer to consumer) yang inovatif. Kehadiran model bisnis ini membuka peluang bagi pelaku bisnis untuk terlibat dalam transaksi, berbagi sumber daya, dan membangun ekosistem secara lebih mudah.
Dalam artikel ini, Delegasi akan menguraikan pengertian model bisnis C2C serta menyajikan analisis terkait kelebihan dan kekurangannya. Harapannya, kamu dapat memahami dengan komprehensif tentang bagaimana bisnis C2C mampu memberikan berbagai manfaat dan apa saja tantangan dalam menjalankan model bisnis ini.
Model bisnis C2C, atau consumer-to-consumer, merujuk pada suatu bentuk bisnis yang berfokus pada interaksi antar konsumen. Model bisnis ini memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi langsung dengan individu lainnya melalui berbagai platform, seringkali menggunakan e-commerce untuk menjual produk atau jasa.
Model bisnis ini membantu memfasilitasi hubungan antarindividu dengan menemukan orang-orang yang ingin membeli suatu barang atau menggunakan suatu layanan. Bisnis C2C umumnya memperoleh pendapatan melalui komisi atau biaya yang dikenakan kepada pelanggannya sebagai imbalan atas penggunaan platform online yang disediakan.
Misalnya, dalam model bisnis C2C seperti situs lelang online, pemilik barang atau jasa yang ingin menjual biasanya dikenakan biaya pendaftaran atau biaya penempatan iklan. Hal ini memberikan kontribusi pada pendapatan bisnis C2C, yang pada gilirannya digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas platform agar tetap menarik bagi pelanggan.
C2C membuka peluang baru bagi individu untuk terlibat langsung dalam aktivitas ekonomi, baik sebagai penjual maupun pembeli. Berikut ini adalah beberapa manfaat utama dari model bisnis ini:
Dari sisi pengguna, model bisnis C2C menawarkan kemudahan aksesibilitas. Karena sebagian besar bisnis C2C berbasis online, penjual tak perlu menjual barang mereka di lokasi fisik.
Sebaliknya, mereka dapat memposting produk atau layanan mereka secara online dan menunggu tanggapan dari pembeli yang berminat. Selain itu, calon pelanggan juga mendapatkan kemudahan untuk mencari produk atau layanan yang mereka butuhkan hanya dalam beberapa klik saja.
Keunggulan lain dari bisnis C2C adalah ketersediaannya untuk baik produk maupun layanan. Sebagai platform online, C2C memberikan pengguna kesempatan untuk membeli dan menjual beragam barang fisik atau layanan.
Penggunaan aplikasi smartphone yang semakin meningkat, banyak penjual yang berhasil mengoptimalkan model bisnis C2C dalam berbagai sektor. Misalnya, platform untuk pekerja lepas seperti Upwork atau Fiverr merupakan contoh nyata bagaimana model bisnis C2C dapat memfasilitasi perdagangan layanan.
C2C memberikan panggung bagi pengguna untuk menyalurkan inovasi dan kreativitas mereka. Pengguna dapat dengan bebas mengembangkan ide-ide baru, menciptakan produk unik, atau menawarkan layanan inovatif tanpa harus melewati hambatan perantara yang kompleks.
Keberagaman kategori produk dan layanan yang ditawarkan di platform C2C menciptakan ruang eksperimental bagi individu yang ingin menjelajahi batas-batas kreativitas mereka. Ini mendorong tumbuhnya produk dan layanan baru yang inovatif.
Dari sisi pemilik bisnis, keunggulan model C2C adalah keterlibatan minimal dalam operasional harian platform. keterlibatan minimal dari manajemen perusahaan dalam operasional harian platform.
Sebagai ilustrasi, penyedia platform C2C hanya perlu fokus pada pembangunan dan pemeliharaan struktur online. Setelah itu, perusahaan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur tertentu yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Meskipun menyimpan beragam potensi yang besar, model bisnis C2C juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan, antara lain:
Salah satu kekurangan dari memiliki model bisnis C2C adalah kemungkinan pengguna memposting penawaran palsu. Sayangnya, beberapa pengguna memanfaatkan platform online C2C untuk merugikan orang lain.
Meskipun sebagian besar platform terus meningkatkan kebijakanya untuk mencegah tersebut, namun pelaku kejahatan selaku menemukan cara baru untuk mengelak dari aturan tersebut. Oleh karena itu, platform C2C umumnya menyediakan sarana untuk melaporkan aktivitas penipuan pada platform tersebut.
Selain risiko penipuan, platform C2C juga menghadapi tantangan sehubungan dengan penjualan barang atau layanan ilegal. Sebagian besar dari mereka menetapkan kebijakan ketat yang harus disetujui oleh pembeli dan penjual ketika membuat akun atau memposting di situs tersebut.
Sebagai contoh, praktik jual beli barang palsu atau lisensi yang tidak sah secara tegas dilarang dan dapat mengakibatkan tindakan pemblokiran atau penghapusan akun. Kebijakan ketat semacam ini diterapkan untuk menjaga integritas platform, memberikan lingkungan yang aman bagi pengguna, dan meminimalisir risiko terkait pelanggaran hukum.
Kualitas barang atau layanan yang ditawarkan dalam model C2C dapat bervariasi secara signifikan. Pihak pembeli tidak selalu dapat menilai dengan pasti kualitas produk sebelum membelinya, yang dapat menghasilkan ketidakpuasan atau konflik.
Pengguna sering kali bergantung pada ulasan dan penilaian dari pengguna lain dalam memutuskan untuk melakukan transaksi. Namun, sistem ini tidak selalu sepenuhnya dapat diandalkan karena dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif atau ulasan palsu.
Ketika terjadi perselisihan antara pembeli dan penjual, menyelesaikannya dapat menjadi proses yang rumit. Penanganan perselisihan di platform C2C dapat memakan waktu dan energi, dan seringkali hasilnya tidak memuaskan kedua belah pihak.
Beberapa faktor yang dapat membuat penyelesaian perselisihan menjadi rumit di antaranya adalah ketidakpastian terkait aturan dan kebijakan platform, perbedaan persepsi antara pembeli dan penjual, dan kemungkinan adanya kerugian finansial atau kerugian reputasi.
Pelaku model bisnis C2C perlu terus memperbaiki dan menyempurnakan sistem untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas. Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap aturan juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan dapat diandalkan bagi para pengguna platform C2C.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.