PT Delegasi Teknologi Indonesia
MTH Square Ground Floor (GF) A4,
Jl. Letjen M.T. Haryono Kav. 10, Desa/Kelurahan Bidara Cina,
Kec. Jatinegara Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13330
Indonesia
(021) 58905002
0812 2200 3011
hey@delegasi.co
Akuntansi & Keuangan
March 3, 2023
Amry Nur Hidayat
“Susun laporan analisis keuangan bisnis kamu secara akurat dan instan. Pelajari lebih lanjut tentang Payback Period dan serahkan langsung ke Delegasi sebagai asisten virtual keuanganmu, dengan Delegasi kamu enggak perlu stres dan tinggal terima beres.”
Sebagai pemilik bisnis UMKM, tentu kamu harus melakukan penghitungan yang tepat dan akurat dalam setiap pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan agar kamu bisa mengetahui apakah bisnis yang kamu jalankan menguntungkan atau tidak. Jangan khawatir, Delegasi siap membantu!
Delegasi dapat membantu kamu menganalisis hal penting seperti BEP, Payback Period, dan ROI tanpa harus menginput secara manual. Kamu hanya cukup mengambil gambar nota dan mengirimkannya melalui Telegram untuk dapat diproses oleh Delegasi. Ini akan memudahkan pemilik bisnis membuat laporan keuangan menjadi lebih cepat, hemat, dan akurat tanpa harus pusing.
Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk memulihkan modal awal bisnis. Pemilik bisnis akan lebih menyukai payback period yang memiliki waktu yang singkat.
Hal ini lazim digunakan sebagai alat ukur untuk menilai keamanan investasi. Meski begitu, payback period tidak bisa mengukur keuntungan jangka panjang. Perlu digunakan beberapa variabel lain dalam mengukur keperluan lain dalam bisnis.
Payback period digunakan sebagai acuan bagi para investor untuk membuat keputusan penanaman modal untuk memulai usaha. Fungsi payback period diantara lain sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang seberapa cepat modal awal dapat dikembalikan. Semakin pendek periode payback, maka semakin cepat investasi tersebut dapat direalisasikan kembali.
2. Meningkatkan akurasi dalam memilih instrumen investasi yang akan dijalankan.
3. Memberi gambaran tentang risiko yang akan diterima.
Menghitung payback period tidaklah sulit. Kamu hanya perlu mengetahui jumlah kas netto perusahaan tersebut untuk dijadikan pembagi dari dana yang diinvestasikan.
Kas netto adalah aset uang milik perusahaan yang sudah bebas pajak, utang, dan bunga. Dana bersih ini dihitung per tahun, sehingga payback period juga dinyatakan dalam satuan tahun.
Dalam menghitung payback period, unsur penting yang harus kamu dapatkan nilainya adalah proceeds atau kas netto yang dihitung per tahun. Apabila kas netto sebuah perusahaan selalu sama tiap tahunnya, maka rumusnya sebagai berikut:
Payback Period (PP) = Dana Investasi Awal / Kas Netto
Jika kas netto sebuah perusahaan berbeda-beda, kamu harus menggunakan unsur-unsur berikut:
(n) = tahun terakhir yang nilai kumulatif kasnya belum mencapai modal.
(a) = jumlah dana investasi atau modal awal.
(b) = jumlah kumulatif arus kas tahun ke-(n)
(c) = jumlah kumulatif arus kas tahun ke- (n+1)
Selanjutnya, rumus payback period dinyatakan sebagai berikut:
Payback Period (PP) = n + ((a-b)/(c-b))
Berikut ini adalah contoh penghitungan payback period untuk arus kas tetap dan arus kas berubah tiap tahunnya.
Agar kamu semakin memahami dan mendapatkan gambarannya, berikut ini adalah contoh perhitungan payback period untuk arus kas tetap dan arus kas berubah tiap tahunnya.
Contoh Soal Pertama:
Sebuah perusahaan bernama PT Contoh Makmur melakukan pengadaan alat produksi seharga Rp300 juta. Menggunakan alat tersebut, keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan adalah Rp50 juta per tahun. Berapakah payback period alat produksi tersebut?
Jawaban:
Dana investasi awal = Rp300 juta
Kas netto = Rp50 juta
Payback Period (PP) = Dana Investasi Awal / Kas Netto
= Rp300 juta / Rp50 juta
= 6 tahun
Contoh Soal Kedua:
Seorang investor melakukan penanaman modal sebesar Rp100 juta ke sebuah perusahaan yang memiliki arus kas tahun pertama Rp50 juta, tahun kedua Rp40 juta, tahun ketiga Rp30 juta, dan tahun keempat Rp20 juta. Berapakah payback period alat produksi tersebut?
Jawaban:
n = 2
a = Rp100 juta
b = Rp90 juta
c = Rp120 juta
Payback Period (PP) = n + ((a-b)/(c-b))
= 2 + ((100-90)/(120-90)
= 2 + (10/30)
= 2 + ⅓
= 2 tahun + 4 bulan atau 2,4 tahun.
Selain memberikan informasi tentang likuiditas dan risiko investasi, terdapat beberapa indikator penting yang dapat diperhatikan dari hasil perhitungan payback period. Pengetahuan mengenai indikator-indikator ini akan membantu para pengambil keputusan dalam memahami dan mengevaluasi potensi keuntungan dan risiko dari proyek atau instrumen investasi yang dipertimbangkan.
Berikut adalah tiga indikator utama yang dapat diperhatikan dari hasil perhitungan payback period:
Jika payback period suatu bisnis atau instrumen investasi dapat tercapai lebih cepat dari waktu yang ditentukan, maka dapat dianggap sebagai indikator positif. Hal ini menunjukkan bahwa investasi tersebut memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan dalam waktu relatif singkat.
Sebaliknya, jika tercapainya payback period suatu bisnis atau instrumen investasi melebihi waktu yang semula diperhitungkan, maka hal ini bisa dianggap sebagai indikator risiko. Investasi yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai pengembalian modal bisa menghadapi tantangan dan risiko yang lebih besar, terutama jika pasar atau lingkungan bisnis berubah secara signifikan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Jika sebuah perusahaan memiliki beberapa proyek yang sedang dipertimbangkan, perhitungan payback period dapat membantu dalam pemilihan proyek yang paling menguntungkan. Memilih proyek dengan nilai payback period yang paling cepat akan memastikan bahwa investasi akan segera kembali dan perusahaan dapat menggunakan kembali modal tersebut untuk proyek berikutnya.
Metode ini memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya populer di kalangan pengusaha dan investor. Berikut adalah berbagai kelebihan dari payback period yang menjadikannya pilihan yang menarik dalam pengambilan keputusan investasi:
Kelebihan utama dari payback period adalah kemampuannya untuk memberikan gambaran tentang seberapa cepat modal yang diinvestasikan akan dikembalikan. Investor seringkali lebih memilih investasi yang memberikan pengembalian modal dengan cepat.
Payback period juga memungkinkan investor untuk membandingkan beberapa proyek atau investasi yang berbeda dengan lebih mudah. Dengan mengevaluasi periode pengembalian masing-masing proyek, investor dapat memilih investasi yang menawarkan periode pengembalian yang lebih cepat.
Payback period adalah metode yang relatif sederhana dan mudah untuk dipahami. Dalam situasi di mana data keuangan mungkin terbatas atau kompleksitas proyek rendah, metode ini dapat memberikan hasil yang dapat diandalkan tanpa memerlukan perhitungan rumit.
Payback period juga memberikan informasi tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu proyek atau investasi untuk mencapai titik impas (break-even point). Break-even point adalah titik di mana pendapatan sama dengan biaya, sehingga proyek tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Dengan mengetahui periode pengembalian dan break-even point, investor dapat mengambil keputusan yang lebih informan tentang kelayakan suatu proyek.
Payback period juga dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan risiko. Semakin cepat periode pengembalian, semakin kecil risiko kerugian yang mungkin terjadi.
Meskipun payback period merupakan salah satu metode yang umum digunakan oleh pemodal untuk mengevaluasi proyek investasi, metode ini memiliki beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan secara cermat sebelum mengambil keputusan investasi. Berikut adalah beberapa kekurangan payback period yang perlu diperluas pemahamannya:
1. Payback period tidak dapat menghitung penerimaan hasil investasi bisnis setelah periode pengembalian modal tercapai.
2. Payback period tidak mengikutsertakan pertimbangan Time Value of Money, yaitu konsep bahwa nilai uang akan berkurang seiring berjalannya waktu karena adanya inflasi.
3. Payback period tidak memberikan tambahan value untuk perusahaan sebab hanya berfokus pada pengembalian modal.
4. Payback period tidak mempertimbangkan tingkat likuiditas perusahaan secara keseluruhan.
5. Payback period tidak memperhitungkan keuntungan proyek pembangunan yang direncanakan.
6. Payback period tidak membedakan ukuran proyek yang memerlukan dana investasi berbeda.
7. Payback period tidak memperhitungkan biaya untuk mendukung investasi selama periode pengembalian modal.
8. Payback period mengabaikan nilai sisa suatu investasi.
Menganalisis bisnis diperlukan kehati-hatian, untuk itu diperlukan orang yang ahli di bidangnya. Kamu bisa menggunakan jasa akuntan profesional atau asisten keuangan virtual seperti Delegasi. Mulai dari arus kas, neraca, sampai laporan laba rugi, kamu dapat mengandalkan Delegasi.
Delegasi dirancang untuk membantu para owner bisnis UMKM. Diharapkan, pengguna Delegasi dapat menghemat waktu dan biaya dan mendapatkan analisis yang akurat dalam penghitungan keuangan.
Kamu tidak perlu menginput manual untuk mendapatkan perhitungan serta analisis bisnis. Dengan Delegasi, kamu hanya perlu mengambil gambar nota dan serahkan ke kami.
Delegasi merupakan asisten keuangan virtual canggih yang bertujuan untuk membantu pemilik bisnis UMKM mengelola analisis bisnis mereka. Delegasi dapat mempermudah proses tersebut sehingga pemilik bisnis dapat dengan mudah dan akurat memantau kinerja keuangan mereka tanpa pusing.
Mengapa harus menyia-nyiakan waktu dan tenaga dalam menganalisis bisnis jika Delegasi bisa menanganinya untuk kamu? Kamu kini bisa mengandalkan Delegasi untuk mengurus tugas administratif, sementara kamu fokus pada pengembangan usaha.
Bisnis yang sukses memahami betapa berharganya setiap detik. Jangan sia-siakan kesempatan untuk memaksimalkan potensi keuangan bisnis kamu dengan laporan analisis bisnis dari Delegasi. Ambillah langkah pertama menuju kesuksesan finansial dengan Delegasi sebagai asisten keuangan virtualmu.
Payback period adalah metode sederhana dalam analisis investasi yang digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pengembalian modal atau investasi awal yang dikeluarkan.
Tujuan payback period adalah untuk mencari tahu berapa lama modal awal akan kembali diterima. Dengan begitu, ini akan membantu memilih instrumen investasi yang tepat.
BEP adalah keadaan keuangan ketika sebuah bisnis tidak mendapatkan laba dan tidak merugi, sementara payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk sebuah bisnis mencapai modal awalnya.
BEP digunakan untuk mengetahui berapa jumlah penjualan minimal yang harus dilakukan agar tidak merugi, sedangkan payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama modal akan kembali. BEP dapat memperkirakan keuangan di masa depan, sementara payback period hanya memperkirakan sampai nilai modal awal tercapai.
Kwitansi adalah dokumen yang menyatakan rekaman transaksi jual-beli sementara invoice merupakan dokumen tagihan pembayaran yang dibuat oleh penjual untuk pembeli. Kwitansi diberikan ketika pembeli sudah melunasi pembayaran sedangkan invoice diberikan ketika pembeli belum melakukan pembayaran.
Nomor invoice adalah bagian yang penting. Nomor ini terdiri dari sekumpulan angka unik sesuai dengan ketentuan perusahaan penerbit sesuai dengan urutan transaksi. Nomor invoice sangat berguna ketika kamu ingin melakukan pelacakan pembelian atau penjualan.
Invoice diterbitkan oleh pihak yang menyediakan jasa atau barang. Dengan kata lain, invoice dibuat oleh penjual kemudian diserahkan kepada pembeli.
Invoice dibuat oleh penjual sebagai dokumen tagihan. Oleh karena itu, invoice dibuat sebelum pembeli melakukan pembayaran. Invoice juga harus dibuat sebelum pembeli mengirim barang atau menyediakan jasa yang dibeli.